CARA MAKAN DAN KEBIASAAN MAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) ( Laporan Praktikum Biologi Perikanan )

CARA MAKAN DAN KEBIASAAN MAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
( Laporan Praktikum Biologi Perikanan )








Oleh
Alwan Tholifin
0814111024

















PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS LAMPUNG
2009



ABSTRAK
Oleh
Alwan Tholifin

Makanan adalah organisme, bahan maupun zat yang dimanfaatkan ikan untuk menunjang kehidupan dan perkembangan organ tumbuhnya. Kebiasaan makan (feeding habbit) adalah tingkah laku saat mengambil dan mencari makanan. Analisis food and feeding habbit dilakukan melalui pengamatan isi usus ikan tersebut. Ada jenis ikan yang aktif makan selama 24 jam dan adapula yang hanya pada waktu tertentu saja. Saat-saat ikan aktif mengambil makanan dalam 24 jam disebut feeding periodicity. Tipe-tipe makanan ikan yang umum ditemukan adalah plankton, neton, benthos, dan detritus. Berdasarkan jenis kelompok makanannya ikan dibagi 3 kelompok besar yaitu herbivore, karnivora, dan omnivore. Faktor yang menentukan apakah suatu jenis ikan akan memakan suatu organisme makanan adalah ukuran makanan, ketersediaan makanan, warna makanan dan selera ikan terhadap makanan. Jumlah makanan yang dibutuhkan oleh suatu jenis ikan bergantung pada macam makanan, kebiasaan makan, kelimpahan makan, suhu air dan kondisi umum dari ikan yang bersangkutan. Praktikum Cara Makan dan Kebiasaan Makan Ikan, dilaksanakan pada hari kamis, pada tanggal 12 November 2009, bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan, pada pukul 09.00 WIB. Jenis plakton yang sering dimakan ikan nila adalah jenis fitoplakton yaitu protococous. Waktu-waktu aktif ikan nila lebih banyak pada waktu siang hari. Pada hasil frekuensi kejadian rata-rata panajng usus ikan nila jantan adalah 57.61, sedangkan ikan nila betina 62.13. Pada data IP yang didapat bahwa nilai yang tertinggi adalah synedra dengan besar 183200 dan yang terendah adalah achthynophrys, armoeba, chtamydomonas, Crhomogaster, Cymbeik gemules or spicules, Loxodes, Merismopedia, Monas, onedra, paramecium, Porimidium, renrum, dengan besar 200.

Keyword : feeding habbit, feeding pereiodicity, ikan , makanan.


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Makanan adalah organisme, bahan maupun zat yang dimanfaatkan ikan untuk menunjang kehidupan dan perkembangan organ tumbuhnya. Kebiasaan makanan (feeding habbit) adalah tingkah laku saat mengambil dan mencari makanan. Analisis food and feeding habbit dilakukan melalui pengamatan isi usus ikan tersebut. Ada jenis ikan yang aktif makan selama 24 jam dan adapula yang hanya pada waktu tentu saja. Saat-saat ikan aktif mengambil makanan dalam 24 jam disebut feeding perlodicity.
Tipe-tipe makanan ikan yang umum ditemukan adalah plankton, nekton, bentos, dan detritus. Berdasarkan jenis kelompok makanannya ikan dibagi 3 kelompok besar yaitu herbivore, karnivora, dan omnivore. Faktor yang menentukan apakah suatu jenis ikan akan memakan suatu organisme makanan adalah ukuran makanan, ketersediaan makanan, warna makanan dan selera ikan terhadap makanan. Jumlah makanan yang dibutuhkan oleh suatu jenis ikan bergantung pada macam makanan, kebiasaan makan, kelimpahan makanan, suhu air dan kondisi umum dari ikan yang bersangkutan. Struktur alat pencernaan yang berperan dalam adaptasi makanan adalah mulut, gigi, tepi insang dan usus. Persaingan dalam hal makanan, biakan antara spesies maupun antara individu dalam spesies yang sama akan mengurangi persediaan makanan, sehingga yang diperlukan oleh ikan tersebut menjadi pembatas. Ini mempengaruhi tingkat pertumbuhan, hanya ikan-ikan yang kuat dalam persaingan yang akan tumbuh dengan baik.

B. Tujuan

Adapun tujuan yang dicapai dalam praktikum reproduksi adalah:
1. Mengetahui jenis-jenis organisme yang menjadi makanan ikan.
2. Mengetahui waktu-waktu aktif makan dari ikan.
3. Melihat proposi dan kecenderungan makan dari ikan.

II. METODOLOGI
A. Metode Kerja

1. Waktu danTempat Praktikum
Praktikum cara makan dan kebiasan makan ikan, dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 12 November 2009, bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, pada pukul 09.00 — 11.00 WIB.

2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
Sampel usus yang sudah diawetkan, mikroskop, gelas objektif, gelas penutup, alat bedah, tisu/lap, gelas ukur, dan buku identifikasi.

3. Prosedur Kerja

1. Alat dan bahan disediakan.
2. Usus dikeluarkan dari botol fiem dan dibersihkan/dicuci dengan air dan formalin.
3. Usus diambil satu persatu dan dikerik agar isi dalam usus keluar.
4. Isi usus diencerkan dengan 10 cc atau I botol film.
6. Diambil satu tetes usus yang sudah diencerkan, lalu diletakan dalam kaca preparat dan diamati dibawah mikroskop.
7. Diamati dengan 3x ulangan, dengan 5 lapang pandang
8. Dicatat dan identifikasi jumlah organisme yang diamati setiap lapang pandang dengan menggunakan buku identifikasi.

B. Analsia Data
1. Metode Jumlah

Metode ini dilakukan dengan menghitung organisme yang ada diusus satu persatu. Kemudian organisme yang ditemukan dibandingkan dengan yang lainnya.



2. Metode Frekunsi Kejadian

Metode ini dilakukan dengan cara:
1. Mencatat jumlah ikan yang ususnya kosong.
2 Catat keberadaan organisme pada masing-masing ikan yang ususnya berisi.
3. Metode ini tidak bisa memperlihatkan kuantitas makanan yang dimakan serta makanan yang tidak dicerna sehingga metode ini hanya dipakai untuk melihat makanan secara fisik saja.

Dengan rumus :

N = Vb/Vi x n

Keterangan:
N : Jumlah total individu jenis ke-i yang ditemukan pada contoh.
N : Jumlah total dugaan individu jenis ke-l dari ikan ke-i.
Vb : Volume pengenceran
Vi : volume tetes yang diamati (1 tetes 0,05 ∞ mI)

3. Metode Prakiraan Tumpukan Dengan Persen

Langkah-langkah yang dilakukan:
a. Menentukan volume dari isi alat pencernaan
b. Volume isi alat pencernaan diencerkan sampai 10 kali atau 20 kali, lalu dikocok sampai rata
c. Mengmbil sebagian isi alat pencernaan dan masukkan ke cawan Petri, lalau diamati dengan mikroskop
d. Pisahkan dan kelompokkan organisme yang sejenis
e. Perkirakan persentase tumpukan organisme kemudian dibandingkan dengan volume lain

4 Metode Grafimetrik

Metode ini pada dasarnya hampir sama denagn metode volumetrik, hanya saja bukan volume total isi alat pencernaan dari masing-masing organisme ikan yang diukur, melainkan beratnya dinyatakan dalam persen.

5. Metode Volumetrik

Langkah yang dilaukan: mengukur volume isi alat pencernaan tiap individu. Kemudian dikeringkan menggunakan kertas saring atau tissue. Memisahkan masing-masing organisme yang sejenis dan ukur volumenya dengan dikeringkan terlebih dahulu.

6. Indeks Preponderance (Indeks Bagian Terbesar)

Metode ini gabungan dari dua metode yaitu frekuensi kejadian dengan metode volumetric, yang dikembangkan oleh Naraja dengan Jhingram (1961) dalam Efendie (1979). Dengan rumus:
Li = Vi x Oi × 100%
∑Vi x Oi
Keterangan:
Li : indeks propenderance
Vi : prosentase volume makanan jenis ke-i
Oi : prosentase frekwensi kejadian makanan ke-i

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hubungan rata-rata panjang usus berisi makanan dengan panjang usus kosong.

IKAN NILA USUS BERISI RATA - RATA PANJANG USUS USUS KOSONG RATA - RATA PANJANG USUS
JUMLAH JANTAN 67 57.6119403 15 53.68666667
JUMLAH BETINA 78 62.13205128 14 56.25


Grafik 1. Hubungan FK dengan jenis makanan atau plankton
Pada grafik hubungan makanan dengan cara makan ikan didapat data rata-rata ikan nila jantan dengan ikan nila betina. Namun terdapat perbedaan rata-rata ikan nila jantan dan rata-rata ikan nila betina, yaitu rata-rata ikan nila jantan adalah 57.611 sedangkan ikan nila betina 62.132, dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa bertambah besarnya ukuran ikan maka ukuran makanannya juga bertambah.

Panjang usus secara relatif bertambah lebih cepat dari pada panjang tubuhnya hal ini disebabkan untuk menyediakan permukaan usus lebih luas guna penyerapan makanan ketika ukuran makanan lebih besar. Pada ikan omnivora memiliki panjang usus sepanjang tubuhnya.

Pada pengamatan kebiasaan makan dan cara makan ikan nila termasuk jenis ikan yang bersifat ominivora, yaitu ikan yang memakan berbagi jebis makan, baik hewan maupun tumbuhan. Ikan ini memakan plakton, detritus, organisme dasar (bentos) seperti larva, serangga air, kijing, siput, dan lain-lain. Dan ikan ini sangat responsif terhadap pakan buatan (pellet), baik terapung maupun tenggelam. (Ahmad jauzi: 2005).

Pada grafik hubungan FK dengan jenis makan ikan seperti plankton didapatkan data bahwa nilai FK yang tertinggi yaitu 183200. Jadi jenis plankton yang banyak dimakan oleh ikan nila adalah synedra. lkan nila ini memakan plankton yang masuk ke mulut bersama-sama air. Plankton akan tinggal di dalam mulut sedangkan airnya keluar melalui celah insang.

Pada hubungan FK dengan jumlah jenis makanan memiliki hubungan yang tidak linier. Pada ikan omnivora memiliki sistem pencernaan antara bentuk hernivora dan karnivora. Ciri-ciri ikan omnivora yaitu gigi runcing atau gigi taring, lambung memanjang, panjang usus sama atau lebih pendek dari panjang tubuhnya, tepi insang pendek dan rapat.



Grafik 2. Hubungan IP (indeks Of Propenderance) dengan jenis plankton dari ikan nila.
Pada data IP yang didapat bahwa nilai yang tertinggi adalah synedra dengan besar 183200 dan yang terendah adalah achthynophrys, armoeba, chtamydomonas, Crhomogaster, Cymbeik gemules or spicules, Loxodes, Merismopedia, Monas, onedra, paramecium, Porimidium, renrum, dengan besar 200. (Nyabakken, James. W. 1992)

Dengan mengetahui jenis dan jumlah makan ikan, dapat disusun untuk kebiasaan makan ikan dengan urutannya adalah makanan utama yang ditemukan dalam jumlah besar, makanan pelengkap yang ditemukan dalam jumlah sedikit dan tidak ada.

Faktor yang menentukan apakah suatu jenis ikan akan memakan suatu organisme makan adalah:
1. Ukuran makan.
Ukuran makan berhubungan dengan bentuk bukaan dan posisi mulut ikan.
2. Ketersediaan makan
Ini berhubungan dengan banyak atau tidaknya ketersediaan makan ikan dalam lingkungannya.
3. Warna makanan.
Warna makan ikan sangat menentukan jenis ikan akan memakan suatu organisme karena dengan warna akan menarik mangsanya.
4. Selera ikan dengan makanan.
Ini tergantung ikan apakah ikan tersebut dalam keadaan lagi selera atau tidaknya dalam mencari makan. (Effendi, ikhsan: 1997)
Ikan nila dilihat dari makannya termasuk euryphgic yaitu ikan pemakan bermacam-macam makanan dengan sifatnya yaitu omnivora.

Persaingan dalam hal mencari makan adalah hal yang sangat penting karena persaingan ini sering terjadi antara individu di dalam suatu spesies (persaingan intraspecific), atau diantara satu spesies dengan spesies yang lainnya (persaingan interspecific). Persaingn antara dua organisme atau lebih terhadap suatu yang sama, yaitu makanan atau mangsa.
(Nyabakken, James. W. 1992)

Waktu aktif makan ikan nila yaitu dominan pada siang hari yang memakan fitoplankton yang banyak tersedia pada sang hari, karena pada siang hari fitoplankton melakukan fotosintesis dengan adanya matahari. Sedangkan pada malam hari ikan nila memakan zooplankton seperti cacing atau larva serangga air. (Effendi, lchsan. 1997)

Pada ikan nila terdapat tiga jenis makanan yaitu makanan utama yang ditemukan dalam jumlah besar, makanan tambahan yang ditemukan dalam jumlah sangat sedikit dan makanan pengganti merupakan makanan yang dikonsumsi jika makanan utama tidak ada.




IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Saat-saat ikan aktif mengambil makanan dalam 24 jam feeding perlodiclty.
2. Faktor yang menentukan apakah suatu jenis ikan akan memakan suatu organisme makanan adalah ukuran makanan, ketersediaan makanan, warna makanan dan selera ikan terhadap makanan.
3. Ikan nila memakan plankton, detritus, organisme dasar (benthos) seperti cacing, larva, seranga air, kijing, siput, dan lain-lain.
4. Jenis plakton yang sering dimakan ikan nila adalah jenis fltoplakton yaitu protococcus.
5. Waktu-waktu aktif ikan nila lebih banyak pada waktu siang hari.

B. Saran

Praktikum merupakan salah satu bentuk aplikasi dan mata kuliah yang bersangkutan dengan praktikum tersebut. Ada beberapa saran yang diharapkan bisa menjadikan praktikum selanjutnya menjadi lebih baik, antara lain sebagai berikut:
1. Praktikan harus bisa menggunakan alat laboratorium seperti mikroskop dengan tanpa bantuan asisten.
2. Praktikan dapat mengerjakan laporan dengan baik dengan bimbingn dari asisten



DAFTAR PUSTAKA

Ahmad jauzi. 2005. Akuakultur. PT. Vivtoria Kreasi Mandiri: Jakarta

Effendi, ikhsan. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara: Jakarta

Nyabakken, James. W. 1992. Biologi Laut. Gramedia Pustaka: Jakarta

Facebook Twitter RSS