r
Jurnal lktiologi Intlonesia, Volume 3, Nomor !, Juni 2003
PENGARUH KADAR VITAMIN E DALAM PAKAN TERHADAP KUALITAS
TELUR IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus)
[Effect of dietary vitamin E on the egg quality of catfish (Pangasius hypophthalmus)l
Yulfiperiusl, Ing Mokoginta2 dan Dedi Jusadi2
t Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Hazairin, Bengkulu
t Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan lPB, Bogor
ABSTRAK
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan pengaruh dari vitamin E (VE) dalam pakan induk ikan patin, Pangasius lrypophthalmus lerhadap
kualitas telurnya. Empat macam pakan yang digunakan yaitu yang mengandung protein relatifsama yaitu berkisar antara 37.68-38.05o/o dan
kalorinya 3066.66-3104.71 kkal/kg pakan, kandungan VE yang digunakan dalam pakan secara berturut-turut antara lain 28.08, 146.55,
189.65, dan 251.80 mg VE/kg pakan. Induk dipelihara dalam jaring yang ditempatkan dalam kolam beton. Setiap hari ikan diberi rnakan
sebanyak 4%. dari berat tubuh untuk selama 15 bulan. Selama periode pemberian pakan, tingkat kematangan gonad diperiksa, dan
pembuahan dilakukan secara buatan. Vitamin E dan kandungan lemak dalam telur yang dihasilkan meningkat sesuai dengan peningkatan
dosis VE dalam pakan. Vitamin E mempengaruhi gonad somatik indek, fekunditas, diameter telur, laju penetasan, larva abnormal, dan
jumlah total larva yang dihasilkan. Pakan yang mengandung 189.65 mg VElkg pakan menghasilkan tingkat penetasan yang tin ggi (78.77%),
jumlah total larta 332,339 ekor/kg induk, dan larva abnormal terendah (0.19%). Penambahan 189.65 mg,4kualitas telur ikan patin.
kata kunci: vitamin E, induk ikan patin Pangasius hypophthalmus
ABSTRACT
This experiment was conducted to determine the effect of dietary vitamin E (VE) on the diet of catfish broodstock, Pangasius
hypophthalmus on the egg quality. Four isonitrogenous (37.68-38.05% crude protein) and isocaloric (3066.66-3104.7 I kcal digestible
energylkg of feed) practical diets contained either 28.08, 146.55, 189.65, or 251.80 mg VE/kg of feed, respectively, were applied the to
catfish broodstock. The broodstock were cultivated in net cages held in earthen pond. Fishes were fed dally al 4o/o ofbody weight for l5
months using these diets. During feeding period, gonad maturation stage were examined, and egg ovulation was induced artificially. The
vitamin E and the total lipid contents in the eggs produced were increase as the dosage ofVE in the diet elevated. The vitamin E affected the
gonad somatic index, fecundity, egg diameter, hatching rate, abnormal larvae, and total number of larvae produced. Fishes fed on diet
containing 189.65 mg VE/kg offeed significantly produced the highest hatching rate (78.77%), total number oflarva 332,339/kg ofbrood
stock, and lowest abnormal larvae (0.19%). Supplementation 189.65 mg VE/kg offeed significantly improve the eggs quality ofcatfish.
Key words: vitamin E, catfish broodstock Pangasius hypophthalmus
PENDAHULUAN
Ikan patin Pangasius hypophthalmz,s mempunyai
nilai ekonomis untuk dibudidayakan. Akhirakhir
ini budidaya ikan patin berkembang dengan
pesat, baik di pulau Jawa, maupun di Kalimantan
dan Sumatera. Adanya usaha pembesaran yang
meningkat saat ini mengakibatkan naiknya permintaan
jumlah benih yang bermutu serta tersedia
setiap saat. Budidaya ikan patin di Bengkulu pada
saat ini baru mulai dikembangkan (komunikasi
pribadi dengan Kepala Balai Benih Ikan), dan
benihnya didatangkan dari Lubuk Linggau
(Sumatera Selatan). Menurut Khaidir (2001),
produktivitas benih yang dihasilkan di Sumatera
Selatan rendah karena masih rendahnya nilai derajat
pembuahan 10-75oA, dan derajat tetas telur 10*60%.
Salah satu penyebab rendahnya derajat tetas
telur diduga karena tidak sesuainya kualitas pakan
induk yang diberikan. Pakan yang digunakan saat
ini merupakan pakan komersial untuk pembesaran
ikan air tawar, seperti ikan mas dan lele. Jadi, untuk
mendapatkan benih yang cukup dan bermutu baik
adalah dengan memperbaiki kualitas telur. Kualitas
telur dapat ditingkatkan arftara lain dengan
melakukan perbaikan kualitas pakan induk. Salah
satu unsur nutrien pakan yang harus ada dalam
pakan induk untuk meningkatkan reproduksinya
adalah vitamin E (o-tokoferol).
1l
YulJipeius, et al - Pengaruh Kadar Vitamin E dalam Pakan Terhadap Kualitas Telur Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus)
Vitamin E (VE) bertungsi sebagai pemelihara
keseimbangan intraselluler dan sebagai antioksidan
(Alava et al., 1993). Sebagai antioksidan, vitamin E
dapat melindungi lemak supaya tidak teroksidasi,
misalnya lemak atau asam lemak yang terdapat pada
membran sel, sehingga proses embryogenesis
berjalan dengan normal dan hasil reproduksi dapat
ditingkatkan. Kebutuhan vitamin E untuk reproduksi
berbeda untuk setiap spesies ikan. Ikan red sea
bream memerlukan 42 mglkg pakan (Watanabe et
a/., 1985), ikan bandeng 40 mgkgpakan (Prijono er
al., 1997), sedangkan untuk ikan patin sampai saat
ini belum dilakukan.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh kadar vitamin E dalam pakan induk ikan
patin terhadap kualitas telur yang dihasilkan.
Dengan hipotesis bahwa pemberian vitamin E
dalam pakan induk ikan patin Pangasius
hypophthalmas dengan kadar yang tepat dapat
meningkatkan kualitas telurnya.
METODOLOGI
Percobaan dilaksanakan mulai bulan Desember
1999 hingga Februari 2001, bertempat di Kolam
Percobaan dan Laboratorium Nutrisi Ikan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Pemeliharaan dan Pengumpulan Data
Vitamin E yang digunakan sebagai perlakuan
adalah dalam bentuk a-tokoferol dengan tingkat
kemurniannya 50Yo, (ENSAFAL JUVELA FOOD
500). Untuk tiap perlakuan, sumber vitamin E
tersebut ditambahkan sebanyak 0, 0.03, 0.06, dan
0.12 9/100 g pakan. Komposisi bahan penyusun
pakan disajikan pada Tabel 1
Setelah pakan percobaan dibuat, dilakukan
analisis proksimat untuk mengetahui kandungan
nutrien pakan yang sebenarnya. Komposisi nutrien
yang diperoleh sesuai dengan kandungan nutrien
pakan untuk induk patin yang telah dilakukan oleh
Mokoginta et al., (2000). Vitamin E yang ada di
dalam pakan perlakuan masing-masing adalah
sebesar 28.08, 146.55, 189.65 dan 251.80 mg/kg
pakan. Hasil analisis proksimatnya disajikan pada
Tabel2.
Induk ikan yang digunakan berbobot antara
2.18-2.42 kg. Ikan dipelihara dalam jaring
berukuran 4 x 4 x2 m. Setiap jaring berisi 5 ekor
betina (berukuran 400 - 450 mm) dan I ekor jantan
(berukuran 400 mm). Jaring diletakkan dalam kolam
berukuran 10 x 20 m. Untuk meyakinkan bahwa
ikan tersebut sudah berkembang gonddnya, terlebih
dahulu dilakukan pengambilan telur ikan dengan
bantuan kanulasi pada setiap induk betina.
Tabel 1. Komposisi pakan penelitian untuk induk ikan patin, Pangasius hypophthalmus
Pakan/kadar vit. E (me/ks nakan)
Bahan Pakan (7o) 28.08 146.55 189.65 251.80
Tepung Ikan
Tepung Kedele
Pollard
Minyak Jagung
Minyak lkan
Minyak Kelapar)
Cholin Chlorida2)
Mineral Mix2)
Vitamin Mix2) Tanpa VE
Vitamin E 3)
CMC4)
Cellulosa
41.63
18.90
21.45
2.00
1.50
4.55
0.50
5.87
0.62
0.00
2.00
0.98
41.63
r8.90
21.45
2.00
r.50
4.55
0.50
5.87
0.62
0.03
2.00
0.95
41.63
18.90
21.45
2.00
1.50
4.55
0.50
5.87
0.62
0.06
2.00
0.92
41.63
18.90
21.45
2.00
1.50
4.55
0.50
5.87
0.62
0.t2
2.00
0.86
t2
a
Jurnal lHiologi Indonesia, Volume 3, Nomor l, Juni 2003
Tabel2. Komposisi proksimat, kadar vitamin E, dan energi pakan penelitian (o/o bobot kering)
Pakan/kadar vit. E (me/ke Bahan Pakan (%o) nakan)
l46.ss 189.65 251.80
Kadar protein
Kadar lemak
Kadar abu
Serat kasar
BETN
VE (mg/kg pakan)
DE (kkal/kg pakan)r)
C/P (kkal/g protein)r)
37.82
12.5t
l6.ll
4.t2
29.31
28.08
3069.76
8. l2
38.05
13.03
16.25
3.92
28.57
146.55
3101.43
8. l5
37.75
12.61
17.12
3.56
28.96
189.65
3066.66
8.12
37.68
13.11
16.71
3.81
28.69
251.80
3104.71
8.24
Keterangan: l)DE:digestibleenergyyangdiperhitungkandari: I gprotein:3.5kcal; I g lemak:8.1
kcal; 1 g karbohidrat : 2.5 kcal (NRC, 1983)
Tabel 3. Kandungan vitamin E dalam telur, larva 0 hari (LoH), dan larva 2 hari (L2H) (ptg/g
bobot kering)
Pakan/kadar vit. E
(mg/kg pakan) Telur LzH
28.08
146.55
189.65
251 .80
187.05 r 0.17
193.36 t2.85
245.02 ! 3.31
261.35 + 0.15
174.48 X0.73
176.05 r l.5l
190.32 r 0.03
244.54 ! t.t2
141.04 r 0.03
142.92 t 1.07
160.89 r 0.35
t66.t0 ! 4.17
Pengamatan tingkat kematangan gonad (TKG)
mulai dilakukan setelah dua bulan ikan diberi pakan
uji. Pengamatan TKG selanjutnya dilakukan setiap
lima belas hari, atau bergantung pada saat
pengamatan sebelumnya apakah pada setiap jaring
untuk minggu berikutnya sudah ada ikan yang
matang gonadnya. Untuk meyakinkan bahwa induk
telah matang gonad, dilakukan pengambilan telur
ikan dengan bantuan kanulasi. Telur-telur hasil
kanulasi tersebut dimasukkan ke dalam larutan
transparansi. Induk yang sudah matang gonad dan
siap untuk disuntik dicirikan dengan ukuran telur
yang besar dan seragam, dan tidak terdapat telur
yang benin g/transparan.
Parameter yang diamati meliputi: kadar
vitamin E di telur, larva 0, dan 2 hari; kadar lemak,
protein, dan air di telur, larva 0 hari, dan 2 hari;
gonad somatik indek (GSD), fekunditas, berat telur,
diameter telur, derajat tetas telur, larva abnormal,
dan total larva yang dihasilkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar vitamin E pada telur, larva 0 hari, dan 2
hari dapat dilihat pada Tabel 3. Kadar vitamin E
dalam telur meningkat sejalan dengan adanya
peningkatan kadar vitamin E dalam pakan induk.
Kadar vitamin E di telur dari perlakuan 146.55
mg/kg pakan (pakan B) meningkat sebesar 6.31
ILCIC bobot kering telur dibandingkan dengan
perlakuan 28.08 mg/kg pakan (pakan A), perlakuan
189.65 mg/kg pakan (pakan C) meningkat sebesar
51.66 1tg/g bobot kering telur dibandingkan dengan
perlakuan 146.55 mg/kg pakan (pakan B), dan
perlakuan 251.80 mg/kg pakan (pakan D) rneningkat
sebesar 15.33 plg bobot kering telur dibandingkan
dengan perlakuan 189.65 mg/kg pakan (pakan C).
Jadi nilai ini jauh lebih kecil dibandingkan
peningkatan dari perlakuan 146.55 (pakan B) ke
189.65 mg/kg pakan (pakan C). Hasil percobaan ini
menunjukkan bahwa pemberian kadar vitamin E di
pakan memberikan pengaruh terhadap kandungan
l3
Yuffiperius, et al -Pmgaruh Kadar Vitamin E dalam Pakan terhadap Kualitas Telur Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus)
vitamin E di telur. Pada LOH danL2H,juga terjadi
peningkatan kandungan vitamin E sejalan dengan
peningkatan kandungan vitamin E di dalam pakan
induk. Dari percobaan ini diketahui bahwa
kandungan vitamin E di telur dari masing-masing
perlakuan digunakan selama proses embryogenesis
berlangsung dan perkembangan larva; seperti yang
diperlihatkan dengan terjadinya pemrrunan kandungan
vitamin E di telur sampai larva2hari.
Selanjutnya pada Tabel 4 disajikan komposisi
proksimat telur, larva 0 dan 2 hari. Pada tabel
tersebut terlihat bahwa adanya pemberian vitamin E
dalam pakan induk ikan patin akan memberikan
peningkatan kandungan lemak di dalam telur.
Peningkatan kandungan lemak di telur sejalan
dengan peningkatan kandungan vitamin E di dalam
pakan. Induk yang diberi pakan A (28.08 mgkg
pakan) menghasilkan telur dengan kadar lemak yang
terendah. Naiknya kadar vitamin E dalam pakan
induk juga akan menaikkan kadar lemak di telur.
Pada masa embryogenesis dan pertumbuhan larva,
terlihat bahwa kandungan lemak dari masingmasing
perlakuan dimanfaatkan, tetapi tingkat
pemanfaatannya untuk masing-masing perlakuan
tidak sama. Hal ini diperlihatkan dengan terjadinya
penumnan kandungan lemak dari telur sampai larva
2 hari. Dan Tabel 4 terlihat pula bahwa kadar
protein di telur berkisar antara 54.12-59.48yo,
sedangkan kadar protein dan air dari larva umur 0
hari lebih tinggi dari telur, kadar lemaknya lebih
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa lemak
berfungsi sebagai sumber energi utama selama
proses embryogenesis, sedangkan penggunaan
protein sebagai sumber energi sangat sedikit.
Untuk nilai gonad somatik indek, fekunditas,
bobot telur, diameter telur, derajat tetas telur, larva
abnormal, dan jumlah larva yang dihasilkan
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 4. Kadar lemak, protein, abu, dan air dalam telur, larva 0 hari (LoH), danlawa2
hari (L2H) (dalam % bobot kering)
Pakan/kadar VE
(mg/kg pakan) Telur LzH
28.08
146.ss
r89.6s
2s1.80
Lemak
Protein
Abu
Air
Lemak
Protein
Abu
Air
Lemak
Protein
Abu
Air
Lemak
Protein
Abu
Air
38.09
59.10
2.81
71.81
39.09
58. l7
2.74
70.85
40.04
59.48
0.48
72.90
41.90
54.12
3.98
73.46
25.01
60.80
14.19
86.31
33.3 8
60.45
6.17
87.51
22.45
6r.63
ls.92
84.34
25.03
65.33
9.64
90.28
18.00
61.16
20.84
86.42
22.83
61.40
15.77
87.98
20.31
61.91
17.78
89.1 4
23.69
71.06
5.25
90.38
t4
Jurnal lktiologi Indonesia, Volume 3, Nomor I, Juni 2003
Tabel 5. Nilai rata-rata gonad somatik indek (GSI), fekunditas (F), diarneter telur (DT), derajat tetas telur
(DTT), larva abnormal (LA), bobot telur (BT), dan total larva yang di produksi (TL)
Parameter Pakan/kadar vitamin E (me/ke Dakan)
146.55 189.65 251.80
GSr (%)
F (butir&g induk)
BT (pglbtr.)
DT(mm)
Drr(%)
LA(o/o)
TL (I larva/kg induk)
12.62 + l.5t'
625,964
+ 2t8,478^
218.7+ 77.02u
t.l2+ 0.07'
40.81r 17.874
0.70t 0.27^
231,968x54,282^
6.45 t 0.64b"
3t9,6st
r 28,178b
203.3+ 33.07',
1.17t0.04'
69.47t9.80b
0.28+ 0.23b
8.54 + 2.13b
420,t24
t 60,884"b
201.6!23.56^
l.19+ 0.05"
78.17x3.51b
0.191 0. l3b
10.41+2.61"b
418,497
+ 55,343ub
248.4+ 48.784
l.l4+ 0.10"
33.38+ 28.91a
0. l8+ 0.25b
220,433t18,385" 332,339t3,569b t29,634+12,625^
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf supercript yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan (P>0.05).
Vitamin E dan asam lemak esensial dibutuhkan
secara bersamaan untuk pematangan gonad ikan.
Makin tinggi kadar vitamin E dalam pakan induk
akan diikuti pula dengan makin tingginya
kandungan vitamin E di telur. Selanjutnya,
peningkatan kadar vitamin E dalam telur akan
diikuti pula oleh peningkatan kandungan lemak
dalam telur. Lemak dapat berfungsi sebagai sumber
energi dan asam lemak esensial. Seperti sudah
diketahui bahwa salah satu fungsi dari vitamin E
adalah sebagai zat antioksidan yang dapat mencegah
terjadinya oksidasi lemak (Halver, 1989).
Watanabe et al., (1985) menambahkan vitamin
E sebesar 0.441, 1.473, 0.647, 0.420, dan 0.402
mg/g pakan pada ikan red sea bream, ternyata terjadi
penyimpanan vitamin E dalam telur berturut-turut
sebesar 22.7, 31.5, 15.6, 16.1, dan 16.4 m{g.
Tingkat penyimpanan tersebut berkorelasi dengan
pemberian vitamin E dalam pakan. Pada oosit atau
telur yang mengandung kadar a-tokoferol relatif
tinggi, kemungkinan peluang teroksidasinya lipid
relatif lambat dibandingkan dengan yang rendah.
Menurut Linder (1992) anion superoksida
diproduksi oleh interaksi dari berbagai substrat yang
dapat teroksidasi oleh molekul oksigen, dengan
melibatkan oksidase xantin dan sitokrom P-450.
Superoksida dikonversi menjadi peroksida atas
bantuan enzim dismutase superoksida yang
membutuhkan Cu dan Zn, atau berinteraksi dengan
peroksida. Peroksida juga membentuk beberapa
rantai radikal; radikal-radikal tersebut dapat memulai
reaksi berantai panjang dalam dinding sel yang
melibatkan asam lemak tidak jenuh dan fosfolipid.
Vitamin E menghambat proses-proses tersebut.
Vitamin E juga diperlukan selama proses
embryogenesis dan perkembangan larva 0, sefta 2
hari. Selama proses embryogenesis dan
pertumbuhan larva terjadi penumnan kandungan
vitamin E mulai dari telur sampai larva2 hari seperti
terlihat pada Tabel 3. Hubungan antara perkembangan
embrio dengan vitamin E merupakan
hubungan melalui mediator asam lemak tak jenuh.
Fungsi lain dari asam lemak esensial dalam proses
embryogenesis adalah merupakan prekursor dari
senyawa prostaglandin yang berperan sebagai
hormon. Menurut Leray et al., (1985) dqlam
Mokoginta et al., (2000), proses pengenalan antar
sel dalam telur dipengaruhi oleh prostaglandin. Jika
telur kekurangan asam lemak ensensial, maka
berlangsungnya proses tersebut akan gagal (pada
pembelahan sel ke 16, 32, dan organogenesis), dan
akan menghasilkan derajat tetas telur yang rendah.
Menurut Takeuchi et al., (1992) bahwa kekurangan
vitamin E dalam pakan dapat menyebabkan
kandungan lemak di hati dan otot berkurang,
sedangkan lemak berfungsi untuk menghasilkan
asam lemak. Komposisi asam lemak, terutama asam
lemak esensial pada membran sel akan mempel5
Yulfiperius, et al - Pengaruh Kadar Vitamin E dalam Pakan terhadap Kualitas Telur Ikan Palin (Pangasius hypophthalmus)
ngaruhi fluiditas dan permeabilitas membran
(Divakran dan Venkatraman, 1997 dalam
Mokoginta et al., 2000). Selanjutnya, fluiditas
membran dapat mempengaruhi aktivitas enzim pada
membran, serta akan mengubah proses fisiologis sel.
Menurut Kamler (1992), lemak digunakan
sebagai bahan penyusun struktur butiran lemak dan
butiran kuning telur. Menurut Momensen dan Walsh
(1983), material lemak adalah sebagai bahan
penyusun sejumlah besar fosfolipid yang ditimbun
dalam sitoplasma dan kutub anima telur,
Selanjutnya Kamler (1992) menyatakan bahwa
lemak yang ditimbun dalam telur berperan juga
sebagai sumber energi dan pengendali daya apung
telur, embrio dan larva. Dari hasil percoban terlihat
bahwa selama proses embryogenesis dan
pertumbuhan larva terjadi penurunan kandungan
lemak mulai dari telur sampai larva 2 hari,
sedangkan kadar protein perubahannya tidak sebesar
pada lemak. Hal ini menunjukkan bahwa lemak
merupakan sumber energi utama selama
embryogenesis dan selama 2-hari pertumbuhan
larva. Karena peranan lemak yang cukup besar,
maka lemak dalam telur harus diupayakan ada dan
dijaga keberadaannya agar selalu dalam kondisi
optirnal. Salah satu jalan adalah dengan memberikan
vitamin E kedalam pakan yang diberikan kepada
induk.
Peningkatan nilai gonad somatik indek,
fekunditas, dan diamter telur dapat disebabkan oleh
perkembangan oosit. Tingginya nilai gonad somatik
indek pada percobaan ini diikuti dengan tingginya
fekunditas, dan kecilnya ukuran diameter telur.
Seperti pada perlakuan 28.08 mdkg pakan
menghasilkan kandungan protein 59.01, dan lemak
di telur 38.09% dengan nilai gonad sornatik indek
12.62yo, fekunditas 625, 964 butirlkg induk, dan
diameter telur rata-rata 1.12 mm. Hal ini diduga
karena adanya perbedaan kandungan nutrien di telur
seperti protein, dan lemak. Menurut Harper et al.,
(1980) bahwa kadar protein yang tinggi maka
kepadatan lipoprotein juga tinggi dan kadar lipid
berkurang, dan ukuran partikel menjadi lebih kecil.
Nilai gonad somatik indek pada penelitian ini
berkisar 6.45-12.62%, sedangkan nilai gonad
somatik indek ikan patin betina yang disuntik
sebanyak 6 kali dengan menggunakan dosis HCG 50
IU,&g berkisar 5.1-13.3o/o, dengan diameter telur
1.0-1.6 mm pada nilai gonad somatik indek 13.3%
(Siregar, 1999). Selanjutnya Effendie (199'7)
menyatakan bahwa tiap-tiap spesies ikan pada
waktu pertama kali gonadnya menjadi matang tidak
sama, demikian pula dengan ikan yang sama
spesiesnya. Menurut Verakunpiriya et al., (1996),
vitamin E berperan sangat penting untuk
perkembangan gonad. Selanjutnya, pemberian
vitamin E dengan kadar 121.4 - 471.8 pg/g pakan
pada ikan yellow tail menghasilkan perkembangan
gonad yang lebih baik dari pakan tanpa vitamin E.
Hasil penelitian Lamidi et al. (1996) terhadap
ikan beronang menyatakan bahwa tingkat
kematangan gonad tercepat diperoleh dengan
memberikan vitamin E 30 mg/kg pakan, sedangkan
dalam penelitian ini diperoleh dengan pemberian
vitamin E 146.55 mglkg pakan. Prijono et al. (1991)
mengemukakan bahwa induk ikan bandeng yang
diimplan vitamin E dengan dosis 100 pg dalam
bentuk pelet memberikan hasil yang terbaik untuk
mempercepat pematangan gonad. Untuk ikan
gurami kematangan gonad dicapai dengan
memberikan vitamin E sebesar 302.01 mg/kg pakan
(Basri, 1997), sedangkan ikan lele dengan dosis
211.60-308.16 VelS pakan (Syahrizal, 1998).
Pemberian vitamin E dalam pakan yang diberikan
pada induk menghasilkan fekunditas relatif berkisar
3 19,65 I -625,964 butir kg induk. Menurut Effendie
(1997), perbedaan fekunditas dari suatu spesies dan
ukuran ikan yang sama bisa terjadi karena masingmasing
mempunyai kandungan lemak yang berbeda.
Besar kecilnya nilai fekunditas yang dihasilkan ada
hubungannya dengan diameter telur. Percobaan ini
menghasilkan diameter telur 1.12-1.19 mm. Besar
kecilnya diameter telur erat hubungannya dengan
adanya akumulasi nutrien dalam telur itu sendiri,
dan hasil percobaan mendapatkan bobot telur per
butir 201.6-248.4 pg. Komponen utama bahan baku
l6
I
telur antara lain protein, lemak, dan abu (Kamler,
1992). Hasil proksimat di telur pada percobaan ini
untuk lemak 38-41.90yo, protein 54.12-59.48Yo, dan
abu 0.48-3.98%. Sedangkan hasil proksimat di telur
ikan red sea bream untuk lemak 28.16-30.25oh,
protein 62.14-67.23%, dan abu 4.85-6.09%
(Watanabe et a1.,1984)
Kualitas telur yang baik dapat juga dilihat dari
derajat tetas telur, abnormalitas larva, dan jumlah
larva yang dihasilkan. Penambahan vitamin E dalam
pakan sampai batas tertentu akan menghasilkan
derajat tetas telur yang tinggi. Seperti terlihat pada
percobaan ini, terjadi peningkatan derajat tetas telur
sesuai dengan meningkatnya kadar vitamin E di
dalam pakan dari 28.08 sampai 189.65 mg/kg
pakan. Sedangkan pada perlakuan 251.80 mg VE/kg
pakan tedadi penurunan derajat tetas telur (33.38%).
Hal ini diduga ada kaitannya dengan bobot telur dan
kandungan materi yang terdapat di dalam telur itu
sendiri. Sedangkan nilai derajat tetas telur terbaik
untuk ikan gurami adalah dengan menambahkan
vitamin E sebesar 338.72 mg/kg pakan (Basri,
1997), ikan lele 2l I .60-308.I 6 Vele pakan
(Syahrizal, 1998). Selanjutnya Tacon (1987)
menyatakan bahwa kelebihan pemberian stokoferol
dapat menyebabkan kematian pada ikan
dan penurunan perhrmbuhan, karena a-tokoferol
bersifat toksit dalam hati. Keberhasilan suatu
penetasan tidak hanya ditentukan oleh derajat
tetasnya saja, tetapi juga kualitas larva yang
dihasilkan, seperti tingkat abnormal larva. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa semakin tinggi
kadar vitamin E dalam pakan, maka larva abnormal
semakin rendah. Dimana larva abnormal tertinggi
diperoleh sebesar 0.70% pada pakan A (28.08
mg/kg pakan) dan yang terendah sebesar 0.18%
pada pakan D (251.80 mg/kg pakan). Jadi jelas
bahwa induk yang diberi pakan yang rendah vitamin
E akan menghasilkan larva abnormal yang tinggi.
Defisiensi vitamin E pada ikan dapat menyebabkan
penyakit distrofi otot, degenerasi lemak hati,
anemia, pendarahan dan berkurangnya fertilisasi
(NRC, 1983).
Jurnal llKualitas telur yang baik direfleksikan dengan
peningkatan derajat tetas telur, dan larva yang
dihasilkan. Hasil percobaan memperlihatkan bahwa
ada hubungan antara kandungan vitamin E dalam
pakan dengan nilai derajat tetas telur, dan larva yang
dihasilkan. Dari Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa
jumlah larva yang terbesar dihasilkan oleh
perlakuan 189.65 mg/kg pakan 332,339 larva/kg
induk. Dari hasil dan pembahasan di atas, dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa dengan pemberian
kadar vitamin E (o-tokoferol) semi murni sebesar
189.65 mg/kg pakan adalah yang terbaik untuk
meningkatkan kualitas telur ikan patin.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil percobaan, untuk meningkatkan
kualitas telur ikan patin, Pangasius
hypophthalmus, maka kadar vitamin E dalam pakan
yang paling baik adalah 189.65 mg/kg pakan. Sesuai
dengan hasil percobaan, untuk meningkatkan
kualitas telur ikan patin, maka disarankan untuk
menambahkan vitamin E dalam pakan induk dengan
dosis sebesar 189.65 mglkg pakan.
DAFTARPUSTAKA
Alava VR, A Kanazawa, S Thesima and S Koshio.
Effects of dietary vitamin A, E, and C on the
ovarian development of Penaeus japonicus.
Nippon Suisan Gakkaishi. 59 (7): 1235-1241.
Basri Y. 1997. Penambahan vitamin E pada pakan
buatan dalam usaha meningkatkan potensi
reproduksi induk ikan gurame (Osphronemus
gouramy Laccepede). Tesis, Program
Pascasarj ana, Institut Pertanian Bogor.
Effendie MI. 1997. Metode biologi perikanan.
Yayasan Pustaka Nusatama, Yokyakarta..
Halver JE. 1989. The vitamins, pp. 32-102.In: Fish
nutrition, J.E. Halver (ed.). Academic Press,
Inc., California.
Harper HA, VW Rodwell and PA Mayes. 1980.
Biokimia. (Alih bahasa M. Muliawan).
Review of Physiological Chemistry. Lange
Medical Publication. Los Altos, California.
t7
YulJiperius, et al -PengaruhKadar Vitamin E dalam Pakan terhadap Kualitas Telur Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus)
Kamler E. 1992. Early life history of fish, an
energetics approach. Chapman and Hall.
London.267 pp.
Khaidir A. 2001. Pengaruh vitamin C dalam bentuk
L-Askorbil-2-fosfat Magnesium sebagai
sumber vitamin C dalam pakan terhadap
kualitas telur ikan patin, Pangasius
hyp ophthalmzs. Tesis, Pascasarj ana, IPB.
Lamidi Asmanelli dan Dalviah. 1996. Pengaruh
penambahan vitamin E pada pakan terhadap
pertumbuhan dan tingkat kematangan gonad
ikan beronang (Signatus canaliculatus). Jltn.
Pen. Perikanan tI (4). 23-29.
Linder MC. 1992. Biokimia nuhisi dan metabolisme
(terjemahan). Universitas lndonesia,
Jakarta.
Mokoginta I, D Jusadi, M Setiawati dan MA
Suprayudi. 2000. Kebutuhan asam lemak
esensial, vitamin dan mineral dalam pakan
induk Pangasius suchi untuk reproduksi.
Hibah Bersaing VII/I-2 Perguruan Tinggi/
Tahun Anggaran 199812000. Institut Pertanian
Bogor. Laporan Akhir.
Momensen TP and P J Walsh. 1983. Vitellogenesis
and oosit assembly, p.70-93. In: W.S. Hoar,
and Randal (ed.). Fish physiology. Vol XIA.
Academic Press Inc. Harcourt Eraco
Jovanovich. Publisher San Diego New York,
Barkeley Boston.
NRC (National Research Council). 1983. Nutrient
requirements of warmwater fishes and
shellfishes. National Academy of Science
Press, Washington D.C.
Prijono A, K Sugama, ZI Azwar, T Setiadharma dan
T. Sutarmat. l99T.Implantasi vitaminE untuk
memacu pematangan gonad induk ikan
bandeng (Chanos chanos Forskal). Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia. 3 (l) :21 - 28.
Siregar M. 1999. Stimulasi pematangan gonad bakal
induk betina ikan jambal siam (Pangasius
hypophthalmzs F) dengan hormon hCG. Tesis,
Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Steel GD and JH Torrie. 1980. Principles and
prosedure of statistics. A biometrical
approach, Mc Graw-Hill book Company, Inc.,
New York, 633 pp.
Syahrizal. 1998. Kadar optimum vitamin E (crtokoferol)
dalam pakan induk ikan lele,
Clarias batrachus Linn. Tesis, Program
Pascasarj ana, Institut Pertanian Bogor.
Tacon AGJ. 1987. Nutrition and feeding of famed
fish and shrimp-A training Manual. 1. The
essential Nutrients. Food and Agriculture
Organization of The United Nations Brasilla,
Brazil.ll7 pp.
Takeuchi T, K Watanabe, S Satoh and T Watanabe.
1992. Requirement of Grass Carp fingerling
for cr-tocopherol. Nippon Suisan Gakkaishi.
58 (9): 1743-1749.
Verakunpiriya V, T Watanabe, K Musshiake, V
Kiron, S Shuichi, and T Takeuchi. 1996.
Effect of broodstock diets on chemical
componenets of milt and eggs produced by
yellowtail. Fihseries Scientific Japan. 62 (4) :
1207 -t215.
Watanabe T, T Arakawa, C Katajima and S Fujita.
1984. Effect of nutritional quality of
broodstock diets on reproduction in red sea
bream. Nippon Suisan Gakkaishi. 50 (3) : 495-
501.
Watanabe T, T Koizumi, H Suzudi, S Satoh, T
Takeuchi, N Yoshida, T Kitada and Y
Tsukashima. 1985. hnprovement of quality of
red sea bream eggs by feeding broodstock on a
diet containing cuttlefish meal or on raw krill
sortly before spawning. Bull. Jpn. Soc. Sci.
Fish.5l : 15ll-1521.
18

Facebook Twitter RSS